KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes
Mellitus (DM) adalah
penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik,
sebagai akibat darikuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism
lemak dan protein ( Askandar, 2000 ). Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia
yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2001: 543). Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan
kulit atau selaput lender dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas
dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan
ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati
perifer, (Andyagreeni, 2010). Ulkus Diabetik merupakan komplikasi
kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas
serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus
Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding
pembuluh darah, (zaidah 2005). Ulkus kaki Diabetes (UKD)
merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes
Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius
akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010). Klasifikasi Diabetes yang
utama menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1220), adalah sebagai berikut :
1. Tipe 1 Diabetes
Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
2. Tipe II Diabetes
mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes
Mellitus)
3. Diabetes
Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.
4. Diabetes
Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus).
B. Anatomi dan
Fisilogi
1. Anatomi
Pankreas
Pankreas merupakan
sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum
sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada
vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan
kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan
maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung.
Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa
dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari
segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel
yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong,
2001). Fungsi pankreas ada 2 yaitu :
1). Fungsi eksorin
yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2). Fungsi endokrin
yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama
membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin. Pulau langerhans
manusia mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
2.1. Sel-sel A
( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glukagon yang
manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin
like activity “.
2.2. Sel-sel B
( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat insulin.
2.3. Sel-sel D
(delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang menghambat
pelepasan insulin dan glukagon .(Tambayong, 2001).
2. Fisiologi
Kadar glukosa
dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan
adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke
hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada
saat ini kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica,
setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga
kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar
berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk
mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar
terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin
dan glucagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan
glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk
mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila
cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa
yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer
tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain
:
a. Hormon yang
dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja insulin yaitu
merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara
membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
1). Glukagon yang
disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2). Epinefrin
yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
3). Glukokortikoid
yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4). Growth
hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
b. Glukogen,
epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu
mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
C. Etiologi
Menurut Smeltzer
dan Bare (2001: 1224), penyebab dari diabetes mellitus adalah:
1. Diabetes Tipe
I
a. Faktor genetik.
b. Faktor imunologi.
c. Faktor lingkunngan.
2. Diabetes Tipe
II
a. Usia.
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok genetik.
Faktor-faktor
yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi faktor
endogen dan ekstrogen.
a. Faktor
endogen
1)
Genetik, metabolik.
2)
Angiopati diabetik.
3)
Neuropati diabetik.
b. Faktor
ekstrogen
1)
Trauma.
2)
Infeksi.
3)
Obat.
Faktor utama
yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati, neuropati
dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu
yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi
pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut
akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika
sehingga menyebabkan terjadinya luka yang
sukar sembuh
(Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus
Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor
angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum.(Askandar
2001).
D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer
dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes mellitus adalah :
1. Diabetes tipe
I
Pada Diabetes tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
2. Diabetes tipe
II
Pada Diabetes tipe II terdapat
dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan
progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat
tinggi). Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular)
disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras
dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia
yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami
beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan
terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas
yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus.
Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria
sulitdibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
E. Manifestasi
Klinis
Ulkus Diabetikum akibat
mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral
itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi
arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi
hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan
timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala
tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio
intermiten
c Stadium III : timbul nyeri saat
istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan
jaringan karena anoksia (ulkus). Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
Klasifikasi Wagner (1983). membagi
gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka,
kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus
“.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas
pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus
tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan
atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki
atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki
atau sebagian tungkai.
F. Komplikasi
Menurut Subekti
(2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan kronik
gangguan syaraf yang disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan
berupa gelisah sampai berat berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering
hipoglikemia adalah obat-obat hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.
2. Hiperglikemia
Secara anamnesis ditemukan adanya
masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang
didahului oleh stress akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai
dehidrasi berat. Ulkus Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren,
kalus, kulit melepuh, kuku kaki yang tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan
ibu jari kaki, plantar warts, jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah,
kaki atlet, (Dr. Nabil RA).
G.
Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Soegondo
(2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat
hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan
cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1)
Pemicu sekresi insulin.
2)
Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3)
Penghambat glukoneogenesis.
4)
Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai
ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat.
c. Terapi
Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
dengan respon kadar glukosa darah.
2. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang
ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi.
Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau
larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh
terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226),
tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan
merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial,
memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah
yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan
berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa
darah secara mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika
diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua
kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan
pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya
pasien dapat mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes
yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
f. Kontrol
nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia
akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl
dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan
selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein
20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan
fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika
pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita
dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga
kontrol gula darah yang baik harus diupayakan
sebagai perawatan pasien secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight
bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai
crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat
ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus
diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka
lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang
sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka.
h. Tindakan
Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit
menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan
sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara
khusus tidak ada.
b. Derajat I - V : pengelolaan medik dan
bedah minor.
H. Pemeriksaan
Penunjang
Menurut
Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1.
Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau
setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin
glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama
140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian
pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam.
Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus <
dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa
darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah
diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer,
pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat
dilakukan dirumah.
I. Data fokus
pengkajian
Menurut Doenges
(2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung
pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada
organ, data yang perlu dikaji meliputi :
1. Aktivitas /
istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak /
berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot,
latergi, disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi,
ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia,
bola mata cekung
3. Eliminasi
Gejala
: Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda
: Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
4. Makanan /
cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual /
muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik,
distensi abdomen
5. Neurosensori
Gejala : Pusing,
sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda :
Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
6. Nyeri /
kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
7. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu
dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
8. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
9. Penyuluhan /
pembelajaran
Gejala
: Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok,
Hipertensi
J. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan Diabetes
Millitus secara teori mnurut
(Carpenito, Lyna juall. 2000).
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya
obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan
berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik
berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran
infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan
rasa nyeri pada luka di kaki.
L. Fokus
Intrvensi dan Rasional
1. Diagnosa no.
1
Gangguan perfusi
berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat
adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan
sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
a. Denyut nadi
perifer teraba kuat dan reguler
b.Warna kulit
sekitar luka tidak pucat/sianosi.
c. Kulit sekitar
luka teraba hangat.
d. Oedema tidak
terjadi dan luka tidak bertambah parah.
e. Sensorik dan
motorik membaik
Rencana tindakan
:
1). Ajarkan
pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan
mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2). Ajarkan
tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan kaki
sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ),
hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di
belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: meningkatkan
melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3). Ajarkan
tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik
relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi
dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4). Kerja sama
dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian
vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan
dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.
2. Diagnosa no.
2
Ganguan
integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada
ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya
proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : a.
Berkurangnya oedema sekitar luka.
b. Pus dan
jaringan berkurang
c. Adanya
jaringan granulasi.
d. Bau busuk
luka berkurang.
Rencana tindakan
:
1) Kaji luas dan
keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang
tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan
tindakan selanjutnya.
2) Rawat luka
dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan
yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
Rasional: Merawat luka
dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif
akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis
dapat menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan
menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis
kuman dan anti biotic yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah
untuk mengetahui perkembangan penyakit.
3. Diagnosa no.
3
Ganguan rasa
nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri
hilang/berkurang
Kriteria hasil :
a. Penderita
secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
b. Penderita
dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri.
c. Ekspresi
wajah klien rileks.
d. Tidak ada keringat
dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan
:
1). Kaji
tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk
mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2). Jelaskan
pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman
pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien
dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3). Ciptakan
lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangasang yang
berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4). Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik
distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5). Atur posisi
pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang
nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal
mungkin.
6). Lakukan
massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat
meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.
7). Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat
analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
4. Diagnosa no.
4
Keterbatasan
mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat
mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
a. Pergerakan
paien bertambah luas
b. Pasien dapat
melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
c. Rasa nyeri
berkurang.
d. Pasien dapat
memenuhi kebutuhan sendiri secara
bertahap sesuai
dengan kemampuan.
Rencana tindakan
:
1). Kaji dan
identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk
mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2). Beri
penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula
darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien
mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3). Anjurkan
pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih
otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4). Bantu pasien
dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan
pasien tetap dapat terpenuhi.
5). Kerja sama
dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
Rasional : Analgesik
dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
5. Diagnosa no.
5
Gangguan
pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Berat badan
dan tinggi badan ideal.
b. Pasien
mematuhi dietnya.
c. Kadar gula
darah dalam batas normal.
d. Tidak ada
tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan
:
1). Kaji status
nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk
mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2). Anjurkan
pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan
terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3). Timbang
berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui
perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet ).
4). Identifikasi
perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui
apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5). Kerja sama
dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian
insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula
darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan
gula darah dan
mencegah komplikasi.
6. Diagnosa no.
6
Potensial
terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan
tinggi kadar
gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi
penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda
infeksi tidak ada.
b. Tanda-tanda
vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )
c. Keadaan luka
baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan
:
1). Kaji adanya
tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang
tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.
2). Anjurkan
kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama
perawatan.
Rasional : Kebersihan diri
yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3). Lakukan
perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah
kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4). Anjurkan
pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat,
latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang
tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran
infeksi.
5). Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika
dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah
sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
7. Dianosa no. 7
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas
dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil:
a. Pasien
mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
b. Pasien dapat
melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan
:
1). Kaji tingkat
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan
informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi
atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2). Kaji latar
belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat
dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat
dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3). Jelaskan
tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi
dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
4). Jelasakan
prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan
penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5). Gunakan
gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar
dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
Implementasi
adalah tahap
pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk
perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik
dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi merupakan
tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan
hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam
menentukan sejauh mana tujuantercapai:
1. Berhasil
prilaku pasien
sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di
tujuan.
2. Tercapai
sebagian
pasien
menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan
tujuan.
3. Belum
tercapai
pasien tidak
mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan
sesuai dengan
pernyataan tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar